Membaca Ekstensif Teks Nonsastra
Ada banyak jenis informasi yang bisa kita temui dan kita baca dimmedia cetak. Namun tidak semua informasi yang ada mendapatkan perlakuan dengan teknik membaca yang sama. Jika informasi yang
dibutuhkan adalah informasi yang membutuhkan pemahaman yang cukup mendalam, maka teknik membaca intensif merupakan teknik mmembaca yang sesuai untuk memahami isi informasinya. Jika
informasi yang dibutuhkan sekilas dengan waktu yang relatif singkat maka teknik membaca ekstensif merupakan teknik yang tepat untuk memahami informasinya. Membaca ekstensif merupakan salah satu bentuk kegiatan menyerap informasi secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Secara umum membaca ekstensif digunakan untuk mendapatkan informasi secara global. Berdasarkan jenisnya, membaca ekstensif dibedakan atas tiga
jenis membaca.
a) Membaca survei (survey reading)
Sebelum kamu mulai membaca, maka kamu bisa meneliti terlebih dahulu apa-apa yang akan kamu telaah. Kamu mensurvei bahan bacaan tersebut dengan jalan memeriksa dan meneliti indeks, daftar kata-kata yang ada dalam buku, judul-judul bab.
b) Membaca sekilas (skimming)
Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mendapatkan informasi. Tujuan membaca sekilas adalah
memperoleh suatu kesan umum dari suatu bacaan dan menemukan hal tertentu dari suatu bacaan.
c) Membaca dangkal (suferficial reading)
Membaca dangkal pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman secara umum atau informasi permukaannya saja. Tingkat keberhasilan dari kegiatan berbahasa bisa diamati dengan kemampuan individu tersebut dalam melaksanakan kegiatan berbahasa yang lain. Hal ini juga berlaku pada kegiatan membaca.Kegiatan membaca ekstensif dikatakan berhasil jika pembacamampu menyebutkan kembali isi informasi yang diserap, menyebutkan pikiran pokok dari informasi yang diserap, menyimpulkan isi informasi, menjawab pertanyaan seputar masalah isi informasi yang diserap dan yang lainnya
Contoh Teks Nonsastra
Pascagempa Perempuan Putus Sekolah Gempa bumi DI Yogyakarta mengakibatkan penurunan
kualitas dihidup keluarga. Hal tersebut dipicu oleh hilangnya tempat usaha dan lapangan pekerjaan yang memicu krisis ekonomi keluarga, gangguan kesehatan fisik dan psikis, serta munculnya kasus putus sekolah, terutama di kalangan anak perempuan. Berpijak dari hal tersebut, Pusat Studi Wanita (PSW) UniversitasGadjah Mada dalam rekomendasinya yang disampaikan di aula Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sleman, salah satunya mengharapkan program rehabilitasi pascagempa bumi di berbagai bidang nonperumahan hendaknya diaplikasikan dalam program- program yang berper spektif jender. Kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya idealnya dilakukan dengan mendorong inisiatif perempuan memberdayakan diri melalui berbagai sumber daya lokal yang dimiliki. “Kesemuanya membuat kualitas hidup keluarga menurun”, kata peneliti PSW UGM, Laak Paskalis. Pada kondisi sulit tersebut perempuan memegang peran yang sangat penting dalam membangun kembali keluarganya. “Seorang ibu tidak malu pekerja apa
saja, termasuk menjadi pembantu di rumah tetangga, agar keluarga tetap bertahan hidup. Pada kondisi yang sama seorang suami jarang yang mau bekerja di sektor domestik. Ibu bahkan rela tidak
makan, asal anak dan suami makan”, tutur Paskalis.
Modal sosial perempuan tersebut juga akan banyak berperan dalam berbagai kegiatan rehabilitasi pascagempa bumi di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Ketika perempuan berinisiatif bangkit dari keterpurukan gempa untuk memberdayakan diri dan bekerja sama dengan suami dan pihak lain, seperti pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, kualitas hidup keluarga pun bisa kembali dibangun. Kepala PSW UGM, Siti Hariti Sastriani mengingatkan, modal sosial yang sudah dimiliki perempuan tersebut hendaknya ditunjang dengan penerapan kebijakan yang berperspektif jender dengan tetap memperhatikan kearifan lokal. Ia mencontohkan, bantuan permodalan dan kursus keterampilan yang selama ini lebih banyak diberikan kepada lakilaki atau kepala keluarga di daerah gempa ke depan harus diberikan tanpa memprioritaskan jenis kelamin tertentu. “Bantuan beasiswa pendidikan juga harus berorientasi pada prestasi atau kesulitan ekonomi, bukan berdasarkan jenis kelamin ujarnya
Ada banyak jenis informasi yang bisa kita temui dan kita baca dimmedia cetak. Namun tidak semua informasi yang ada mendapatkan perlakuan dengan teknik membaca yang sama. Jika informasi yang
dibutuhkan adalah informasi yang membutuhkan pemahaman yang cukup mendalam, maka teknik membaca intensif merupakan teknik mmembaca yang sesuai untuk memahami isi informasinya. Jika
informasi yang dibutuhkan sekilas dengan waktu yang relatif singkat maka teknik membaca ekstensif merupakan teknik yang tepat untuk memahami informasinya. Membaca ekstensif merupakan salah satu bentuk kegiatan menyerap informasi secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Secara umum membaca ekstensif digunakan untuk mendapatkan informasi secara global. Berdasarkan jenisnya, membaca ekstensif dibedakan atas tiga
jenis membaca.
a) Membaca survei (survey reading)
Sebelum kamu mulai membaca, maka kamu bisa meneliti terlebih dahulu apa-apa yang akan kamu telaah. Kamu mensurvei bahan bacaan tersebut dengan jalan memeriksa dan meneliti indeks, daftar kata-kata yang ada dalam buku, judul-judul bab.
b) Membaca sekilas (skimming)
Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mendapatkan informasi. Tujuan membaca sekilas adalah
memperoleh suatu kesan umum dari suatu bacaan dan menemukan hal tertentu dari suatu bacaan.
c) Membaca dangkal (suferficial reading)
Membaca dangkal pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman secara umum atau informasi permukaannya saja. Tingkat keberhasilan dari kegiatan berbahasa bisa diamati dengan kemampuan individu tersebut dalam melaksanakan kegiatan berbahasa yang lain. Hal ini juga berlaku pada kegiatan membaca.Kegiatan membaca ekstensif dikatakan berhasil jika pembacamampu menyebutkan kembali isi informasi yang diserap, menyebutkan pikiran pokok dari informasi yang diserap, menyimpulkan isi informasi, menjawab pertanyaan seputar masalah isi informasi yang diserap dan yang lainnya
Contoh Teks Nonsastra
Pascagempa Perempuan Putus Sekolah Gempa bumi DI Yogyakarta mengakibatkan penurunan
kualitas dihidup keluarga. Hal tersebut dipicu oleh hilangnya tempat usaha dan lapangan pekerjaan yang memicu krisis ekonomi keluarga, gangguan kesehatan fisik dan psikis, serta munculnya kasus putus sekolah, terutama di kalangan anak perempuan. Berpijak dari hal tersebut, Pusat Studi Wanita (PSW) UniversitasGadjah Mada dalam rekomendasinya yang disampaikan di aula Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sleman, salah satunya mengharapkan program rehabilitasi pascagempa bumi di berbagai bidang nonperumahan hendaknya diaplikasikan dalam program- program yang berper spektif jender. Kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya idealnya dilakukan dengan mendorong inisiatif perempuan memberdayakan diri melalui berbagai sumber daya lokal yang dimiliki. “Kesemuanya membuat kualitas hidup keluarga menurun”, kata peneliti PSW UGM, Laak Paskalis. Pada kondisi sulit tersebut perempuan memegang peran yang sangat penting dalam membangun kembali keluarganya. “Seorang ibu tidak malu pekerja apa
saja, termasuk menjadi pembantu di rumah tetangga, agar keluarga tetap bertahan hidup. Pada kondisi yang sama seorang suami jarang yang mau bekerja di sektor domestik. Ibu bahkan rela tidak
makan, asal anak dan suami makan”, tutur Paskalis.
Modal sosial perempuan tersebut juga akan banyak berperan dalam berbagai kegiatan rehabilitasi pascagempa bumi di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Ketika perempuan berinisiatif bangkit dari keterpurukan gempa untuk memberdayakan diri dan bekerja sama dengan suami dan pihak lain, seperti pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, kualitas hidup keluarga pun bisa kembali dibangun. Kepala PSW UGM, Siti Hariti Sastriani mengingatkan, modal sosial yang sudah dimiliki perempuan tersebut hendaknya ditunjang dengan penerapan kebijakan yang berperspektif jender dengan tetap memperhatikan kearifan lokal. Ia mencontohkan, bantuan permodalan dan kursus keterampilan yang selama ini lebih banyak diberikan kepada lakilaki atau kepala keluarga di daerah gempa ke depan harus diberikan tanpa memprioritaskan jenis kelamin tertentu. “Bantuan beasiswa pendidikan juga harus berorientasi pada prestasi atau kesulitan ekonomi, bukan berdasarkan jenis kelamin ujarnya
No comments:
Post a Comment