Pertolongan yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan korban.
a. Pertolongan pada korban yang masih dalam keadaan sadar
Anda dapat memberikan pertolongan dengan cara berikut.
1) Memberikan pertolongan dengan peralatan yang tersedia seperti ban dan pelampung atau
barang lain yang dapat terapung. Penggunaannya diikatkan pada seutas tali sehingga
mudah ditarik.
2) Melakukan pertolongan langsung kepada korban jika korban berada dalam
dasar kolam atau terapung-apung di permukaan air.
3) Jika korban masih dapat menggerakkan anggota tubuh (akibat tidak lancar berenang),
pertolongan dapat dilakukan dengan mendorong tubuh korban ke arah sisi kolam secara
perlahan-lahan.
b. Pertolongan pada korban dalam keadaan tidak sadar
Kita dapat menolong korban yang tidak sadar dengan cara-cara berikut.
1) Pada korban yang masih di air, dapat dilakukan back stroke saving action, yaitu
penolong berenang dalam keadaan terlentang dengan melakukan gerak kaki seperti gaya katak
dan memposisikan tubuh di bawah korban. Posisikan korban dalam keadaan berbaring, muka
dan hidung korban berada di permukaan air dengan salah satu lengan atau kedua lengan
menarik dagu korban. Lakukan gerakan renang secara perlahan-lahan ke tepi.
2) Pada korban yang telah diangkat ke tepi dan ditempatkan pada tempat yang nyaman,
lakukan penyelamatan dengan Sistem Resusitasi Jantung dan Paru (RJP). Pertolongan
resusitasi jantung paru dilakukan dengan tindakan penanganan sebagai berikut.
a) Memastikan ketidaksadaran
Periksa keadaan korban. Dengan menepuk atau menggoyangkan korban dengan pelan dan berteriaklah, “Apa kau baik-baik saja?” Setelah korban dipastikan tidak sadar, lakukan tindakan membuka jalan napas dan memeriksa pernapasan dan sirkulasi.
b) Membuka jalan napas
Sebagian besar masalah jalan napas disebabkan oleh lidah. Ketika kepala tertekuk ke depan, terutama ketika korban berbaring terlentang, lidah dapat menutupi jalan napas.
c) Menentukan hilangnya pernapasan
Tentukan hilangnya pernapasan dengan metode melihat-mendengarkanmerasakan. Tempatkan telinga Anda di samping hidung dan mulut korban dengan wajah menghadap dadanya. Lihat kenaikan dan penurunan dada. Dengarkan dan rasakan udara yang keluar dari mulut atau hidung. Lakukan pemeriksaan ini maksimal dalam waktu 10 detik. Korban yang bernapas dengan baik tidak memerlukan resusitasi.
d) Memberikan bantuan pernapasan
Jika korban tidak bernapas, berikan pernapasan bantuan sebanyak 2 kali masing-masing pemberian selama 1 detik atau lebih dengan jeda untuk pengambilan napas. Berikan dua napas dengan volume yang cukup untuk membuat dada naik. Jika pernapasan pertama tidak berhasil, ubah posisi kepala korban sebelum mencoba napas kedua.
d) Pemeriksaan denyut nadi
Setelah memberikan 2 kali pernapasan bantuan, langkah selanjutnya adalah menentukan hilangnya denyut nadi. Taruh ujung jari telunjuk dan jari tengah Anda bersamaan ke sisi leher korban. Jika korban mempunyai denyut nadi namun tidak bernapas, lakukan bantuan pernapasan. Pada korban dewasa, dilakukan sebanyak 10 – 12 kali per menit (atau tiap 5 – 6 detik), bayi atau anak-anak sebanyak 12 – 20 kali per menit (tiap 3 – 5 detik) dan periksa nadi setiap 2 menit.
e) Tindakan pijat jantung dan pemberian napas buatan
Jika korban tidak memiliki denyut nadi, mulai lakukan RJP, yaitu dengan meletakkan tumit tangan di atas permukaan dinding dada. Tekanan berasal dari tubuh, dengan meluruskan tangan. Tekanan dilakukan ke arah jantung. Frekuensi yang dilakukan adalah 60 – 70 kali per menit. Kompresi harus disertai dengan napas buatan. Jika penolong dua orang, maka pijat dan pemberian napas buatan dilakukan dengan frekuensi 15 : 2. Pemijatan jantung luar ini harus juga diselingi pemeriksaan denyut nadi setiap dua menit. Pertolongan harus dihentikan jika kondisi penolong kelelahan atau ada petugas gawat darurat yang datang.
No comments:
Post a Comment