sebutkan tentang teori-teori pusat pertumbuhan?

 on Thursday, September 11, 2014  

Berikut ini adalah mengenai teori-teori pusat pertumbuhan menurut para ahli
1. Sector Theory dari Hoyt
Holmer Hoyt mengemukakan tentang teori sektoral (sector theory). . Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung berkembang berdasarkan sektorsektor dari pada berdasarkan lingkaranlingkaran konsentrik. PDK (Pusat Daerah Kegiatan) atau CBD (Central Business District) terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang menurut saktor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue bolu. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.

Menurut Homer Hoyt, susunan kota sebagai berikut
a. Central Business District (CBD) atau pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-
    bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
b. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.
c. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
d. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madyawisma.
e. Sektor permukiman adiwisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari
    para eksekutif dan pejabat.

2. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Walter Cristaller seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman pada tahun 1933 mengemukakan tentang teori tempat sentral. Menurut Christaller terdapat konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (treshold). Range adalah jarak yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja. Adapun treshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini diasumsikan pada suatu wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Dalam memenuhi kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga, pelayanan pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus menempuh jarak tertentu dari rumahnya yang disebut range. Sementara itu para pedagang berupaya memperoleh keuntungan besar, sehingga mereka harus paham benar berapa banyak jumlah minimal penduduk (calon konsumen) yang diperlukan bagi kelancaran dan kesinambungan suplai barang atau jasa agar tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain mereka harus memilih lokasi yang strategis, yaitu sebuah pusat pelayanan berbagai kebutuhan penduduk dalam jumlah partisipasi yang maksimum.

Barang kebutuhan yang memiliki risiko kerugian besar karena jenis barang atau jasa yang dijual berupa barangbarang mewah disebut threshold tinggi, misalnya, kendaraan bermotor, perhiasan, dan barang-barang lainnya dengan harga relatif mahal dan sulit terjual. dan sebaliknya barang-barang yang memiliki resiko rendah disebut threshold rendah. Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncul istilah tempat sentral (Central Place Theory), yaitu lokasi yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah besar baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang dihasilkannya.

Tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segi enam. Daerah segi enam ini merupakan wilayahwilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut. Dalam kenyataannya dapat berupa kota-kota besar, pusat perbelanjaan atau mal, supermarket, pasar, rumah sakit, sekolah, kampus perguruan tinggi, ibukota provinsi, atau kota kabupaten yang masingmasing memiliki pengaruh atau kekuatan menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda. Tempat sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K = 3), hirarki 4 (K = 4), dan hiraki 7 (K = 7).

a. Hirarki K = 3, merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut kasus pasar optimal. Wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya

b. Hirarki K = 4, yaitu wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalulintas yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masingmasing wilayah tetangganya

c. Hirarki K = 7, yaitu wilayah ini selain
mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum. Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan. Pengaruh tempatyang sentral dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya

3. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)
Perroux pada tahun 1955 mengemukakan tentang Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory). Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan kota atau wilayah di mana pun bukan merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi mucul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.

Setelah Perang Dunia Kedua (PD II) banyak negara-negara yang terlibat perang mengalami kemunduran ekonomi. Untuk membangun kembali negara dikembangkan konsep pembangunan wilayah atau kota yang disebut spread & trickling down (penjalaran dan penetesan) serta backwash and polarization. Konsep tersebut berasal dari pengembangan industri untuk
Eureka meningkatkan pendapatan nasional kasar (Gross National Product = GNP). Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan aktivitas kota. Dengan demikian akan semakin lebih banyak lagi penduduk yang terlibat dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan. Namun demikian, konsep ini kurang menunjukkan keberhasilan yang berarti. Karena cukup banyak kasus justru hanya menguntungkan kota Kota yang tadinya diharapkan memberikan pengaruh kuat pada pedesaan untuk ikut berkembang bersama, kenyataannya sering merugikan pedesaan. Pada kenyataannya, yang terjadi adalah peningkatan arus urbanisasi dari dari desa ke kota dan memindahkan kemiskinan dari desa ke kota.
;
sebutkan tentang teori-teori pusat pertumbuhan? 4.5 5 tati Thursday, September 11, 2014 Berikut ini adalah mengenai teori-teori pusat pertumbuhan menurut para ahli 1. Sector Theory dari Hoyt Holmer Hoyt mengemukakan tentang teo...


No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.