a. Fungsi Tari
Topeng Cirebon adalah tarian ritual yang amat sakral. Tarian ini sama sekali bukan tontonan hiburan. Itulah sebabnya dalam kitab-kitab lama disebutkan, bahwa raja menarikan Panji dalam ruang terbatas yang disaksikan saudara-saudara perempuannya. Untuk menarikan topeng ini diperlukan laku puasa, pantang, semedi, yang sampai sekarang ini masih dipatuhi oleh para dalang topeng di daerah Cirebon.
Tarian topeng harus didahului oleh persediaan sajian. Sajian itu bukan persembahan makanan untuk Sang Hyang Tunggal. Sajian adalah lambanglambang dualisme dan pengesaan. Inilah sebabnya dalam sajian sering dijumpai bedak, sisir, dan cermin yang merupakan lambang perempuan, didampingi oleh cerutu atau rokok sebagai lambang lelaki. Bubur merah lambang dunia manusia dan bubur putih lambang dunia atas. Cowek batu yang kasar sebagai lambang lelaki, dan uleg dari kayu yang halus sebagai lambang perempuan. Pisang lambang lelaki dan buah jambu lambang perempuan. Air kopi lambang dunia bawah, air putih lambang dunia atas, dan air teh lambang dunia tengah. Sesajian adalah lambang keanekaan yang ditunggalkan.
b. Struktur Tari
Dalam tari Topeng Cirebon terdapat beberapa variasi gaya. Gaya-gaya tersebut dilihat dari pola dasar tarian. Berikut ini beberapa di antaranya.
1) Gerak tarian yang didasarkan dengan irama lagu pengiringnya, misalnya dodoan (pelan),
tengahan (agak pelan), kering (agak cepat), dan deder (cepat).
2) Gerak tarian bisa terjadi dalam beberapa siklus, misalnya siklus pelan ke cepat.
3) Gerak tarian baku dalam sebuah rangkaian gerak yang disebut jogedan, seperti jangkung-
ilo, lembean, incek, ngongkrak, dan tindak tilu. Gerakan ini biasanya dilakukan berulang.
4) Antara satu jogedan dengan jogedan lain terdapat gerak peralihan yang disebut nglarap. Gerak peralihan ini bisa sangat pendek atau agak panjang. Penari Topeng Cirebon biasanya mampu melakukan improvisasi gerak tari. Misalnya, penari menentukan sendiri susunan dan panjangnya gerakan jogedan atau gerakan nglarap secara spontan pada saat menari. Hal itu tentu disesuaikan dengan kemampuan dari setiap penari sehingga gerakan yang mereka tampilkan terlihat indah di mata para penontonnya.
c. Perwatakan dan Busana
Salah satu perwatakan wajah topeng yang merupakan gambaran tokoh raja raksasa yang sombong dan angkuh ada pada Tari Topeng Klana. Karakter tari Topeng adalah gagah danawa sehingga penampilan tariannya dibawakan dengan gerakan-gerakan yang menggunakan tenaga yang kuat, dinamis, dan energik. Adapun Topeng Priangan dikenal dengan tari Koncaran Tumenggung dan Topeng Klana. Bentuk topeng yang dibawakan berwarna merah, dengan mata besar terbuka lebar (melotot), hidung besar, dan mulutnya agak terbuka sehingga giginya kelihatan. Salah satu penggunaan kostum yang menjadi ciri khas dari topeng Cirebon adalah penutup kepala yang disebut sobrah atau tekes. Pada sobrah terdapat rawis.
Rawis terbuat dari benang wol yang diuntai panjang dan disimpan di samping kanan-kiri depan tekes.
Rawis tersebut digunakan sebagai properti pada gerakan yang disebut ngola rawis. Gerakan tersebut menambah semaraknya penampilan tarian sehingga menjadi ciri khas gerakan tarian tari topeng. Ciri khas gerakan lain, yaitu gerak nglarap, gerak sirig, dan gerak gedig. Gerak nglarap merupakan gerakan perpindahan dari gerak satu ke gerak yang lain.
d. Iringan
Bentuk iringan tari berupa musik tradisional yang terdiri atas seperangkat alat-alat musik yang disebut gamelan. Alat tersebut terdiri atas:
a. dua buah saron,
b. satu buah bonang,
c. satu buah kempul dan gong,
d. dua buah kendang besar,
e. satu buah rincik,
f. enam buah kenong,
g. kecrek,
h. peking,
i. demung,
j. selentem.
Para pemain musik terdiri atas pria dan wanita atau pria saja. Gamelan dimainkan sambil duduk dengan cara dipukul. Alat pukul khusus disebut panakol. Lagu yang digunakan untuk tari Topeng, yaitu lagu “Gonjing”.
No comments:
Post a Comment