Berdasarkan kenampakan fisik dapat kita bedakan antara wilayah pegunungan dengan wilayah dataran rendah. Wilayah pegunungan adalah kawasan yang terdiri dari beberapa gunung yang membentuk kawasan pegunungan, sedangkan kawasan dataran rendah merupakan daerah atau kawasan yang ketinggiannya kurang dari 200 meter dengan ciri yang khas dan rata Berdasarkan kenampakan iklim dapat bedakan antara wilayah iklim tropis, sub tropis, iklim sedang,dan iklim dingin/kutub. Iklim tropis adalah iklim yang terletak antara 22 ½ º U-22 ½ ºLS. Wilayah iklim sub tropis adalah wilayah iklim yang terletad antara 22 ½ º-33 ½ ºLU dan 22 ½ º-33 ½ ºLS. Wilayah Iklim sedang adalah wilayah yang terletak antara 33 ½ º- 60º-90ºLU dan 33 ½ ºLU-60º-90ºLS.
Berdasarkan vegetasi atau penggunaan lahan, maka kita mengenal wilayah yang disebut sebagai wilayah perkebunan, wilayah pertanian sawah, wilayah pertanian kering, atau wilayah kehutanan. Mungkin saja tidak sepenuhnya wilayah tersebut berupa wilayah persawahan, tetapi diselingi dengan pertanian kering, perkampungan, atau permukiman. Namun, karena pertanian sawah sangat dominan atau keseragaman sawah sangat menonjol, maka wilayah tersebut dapat kita katakan sebagai wilayah pertanian sawah. Demikian pula untuk wilayah penggunaan lahan lainnya. Bila pada suatu tempat industri lebih dominan maka dapat kita katakan wilayah tersebut sebagai wilayah industri. Bila suatu tempat di dominasi untuk permukiman maka dapat kita katakana kawasan itu sebagai wilayah permukiman.
Dalam kehidupan sehari-hari pada kenyataannya wilayah formal banyak dikaitkan dengan keseragaman pemerintahan sehingga wilayah formal identik dengan wilayah yang dibatasi oleh administrasi pemerintah. Berdasarkan konsep ini maka muncul wilayah Dusun Arjasari, wilayah Kelurahan atau Desa Cisolok, wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul, wilayah kabupaten Bandung, wilayah Provinsi Lampung, dan wilayah Negara Indonesia. Menurut pengertian tersebut, batas wilayah formal menjadi sangat jelas, yaitu antara wilayah satu dan wilayah llainnya dengan dibatasi oleh batasbatas administrasi pemerintah.
Wilayah Fungsional/Nodal Region
Berbeda dengan wilayah formal yang statis, wilayah fungsional lebih dinamis karena lebih menekankan pada aspek penggunaan atau perkembangan suatu wilayah. Wilayah fungsional didasarkan atas konsep heterogenitas. Wilayah ini tercermin dengan adanya suatu pola interdependensi dan pola interaksi gejala-gejala yang terdapat di wilayah yang bersangkutan. Misalnya, adanya interdependensi dan interaksi antara industri dan tenaga kerja di wilayah itu. Adanya pabrik di suatu tempat akan mengakibatkan terjadinya arus pekerja di pagi hari yang berangkat dari tempat tinggalnya menuju ke lokasi industri dan pada sore hari akan terjadi arus pekerja yang pulang menuju rumahnya masing-masing. Dalam hal ini akan terbentuk suatu wilayah yang mencakup pabrik sebagai pusat (core) dan area sekitar pabrik sebagai tempat para pekerja pabrik. Wilayah yang terbentuk seperti itu disebut wilayah fungsional. Penekanan utama wilayah fungsional adalah hubungan fungsional. Dengan adanya kegiatan di suatu pabrik, akan tercipta suatu kesatuan hubungan dan pola ketergantungan antara core (dalam hal ini berarti pabrik) dengan daerah disekitarnya yang berisi orang-orang yang beraktivitas di daerah core. Menurut V. B. Stauberry, wilayah fungsional disebut organic region karena di dalam wilayah tersebut terdapat hubungan yang hidup. Sementara itu, J. W. Alexander memandang wilayah fungsional sebagai nodal region karena dalam wilayah ini terdapat pusat aktivitas sebagai mata rantai utama dalam sistem ini.
Dalam skala besar, region nodal dapat berupa sebuah kota, kota-kota besar, ibu kota (kabupaten, provinsi atau negara), pelabuhan, dan CBD (central bussiness district). Zona yang menjadi pusat suatu sirkulasi merupakan node dari suatu region.Terdapat empat unsur penting dalam suatu region nodal.
a. Adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia.
b. Adanya node (pusat) yang menjadi pusat
pertemuan arus tersebut secara terorganisir.
c. Adanya wilayah yang makin meluas.
d. Adanya jaring-jaring rute tempat berlangsungnya tukar menukar.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa wilayah fungsional terkait dengan interaksi yang berlangsung, baik interaksi yang bersifat fisik maupun sosial. Interaksi fisik meliputi interaksi antara kota yang dikelilingi daerah sekitarnya, sedangkan interaksi sosial merupakan interaksi antar masyarakat yang menghasilkan perbedaan struktur masyarakat sehingga akan kita jumpai adanya pusat-pusat pemerintahan yang dikelilingi oleh daerah sekitarnya. Contoh yang paling jelas mengenai wilayah fungsional ialah Kota Jakarta. Kota ini menjadi core dan node dari Negara Indonesia.
No comments:
Post a Comment