Mengucapkan kalimat merupakan wujud kegiatan berbicara. Pembicara yang satu dengan pembicara yang lain, dalam hal-hal tertentu kadang-kadang berbeda, meskipun vokal, konsonan, kata atau kalimat yang diucapkannya sama. Ketidaktepatan pengucapan bunyi bahasa dapat meng - alihkan mengganggu perhatian pendengar, bahkan mungkin dapat menimbulkan salah pentafsiran. Misalnya, dalam pengucapan kata gerakkan menjadi geraan, menyatakan menjadi menyataken, menaikkan menjadi menaian. Contoh lain, kita sering mendengar pembicara tidak sesuai atau salah ucap dalam menyampaikan informasi. Pengucpan konsonan s menjadi c pada kata sasak diucapkan cacak. Kata suka diucapkan cuka. Selain itu, pengucapan konsonan r menjadi l pada kata rusuh diucapkan lusuh, kata rima diucapkan lima. Penyebab terjadinya kesalahan pengucapan konsonan tertentu, seperti contoh ter sebut disebabkan faktor intern pembicara, mungkin karena bentuk atau ukuran alat ucapnya tidak normal.
Kita juga sering mendengar pengucapan e (pepet) menjadi
e (taling) pada kata peka (e pepet) diucapkan peka (e taling), mendengar (e pepet) diucapkan mendengar (e taling), beli (e pepet) diucapkan beli (e-taling). Pengucapan f (ef) diucapkan p (pe) pada kata fakultas (pakultas), aktif diucapkan (aktip), fihak diucapkan (pihak), dan normatif diucapkan (normatip). Kita juga sering mendengar pengucapan kata-kata berikut.
a. memfoto diucapkan atau ditulis memoto
b. memfitnah diucapkan atau ditulis memitnah
c. mencintai diucapkan atau ditulis menyintai
d. membawakan diucapkan atau ditulis membawaan
e. tujukan diucapkan atau ditulis tujuken
Ketidaktepatan pengucapan fonem (vokal dan konsonan) seperti pada kata-kata tersebut tentu akan mengganggu pendengar ketika menyimak. Oleh karena itu, pengucapan vokal, konsonan, dan kata harus jelas. Tekanan kata atau kalimat akan berkenaan juga dengan jenis kalimat yang disampaikan.
a. Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang berisi berita untuk me nyampaikan informasi kepada orang lain. Tanggapan yang diharapkan dari kalimat berita hanyalah berupa perhatian sesuai dengan maksud penutur melalui intonasi (kata yang dipentingkan).
Contoh:
1) Ami sedang menyiram bunga. ==(bukan orang lain)
2) Ami sedang menyiram bunga.== (bukan waktu yang lalu atau nanti)
3) Ami sedang menyiram bunga di kebun. ==(bukan memupuk atau kegiatan lain)
4) Ami sedang menyiram bunga.== (bukan tumbuhan lain)
Kata bercetak miring adalah kata yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Berdasarkan kata yang ditulis miring dalam ketiga kalimat tersebut, tentu mempunyai perbedaan arti atau perbedaan tujuan.
b. Kalimat tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang meminta tanggapan berupa jawaban. Kalimat tanya mempunyai pola intonasi yang khusus. Kalimat tanya biasanya mempergunakan kata tanya apa, siapa, mengapa, di mana, dan partikel lah. Lagu dasar kalimat tanya adalah kata pertama dari kalimat tanya suaranya naik, kemudian diikuti dengan suara rendah dan pada akhir kalimat suara tinggi.
Contoh:
Itu .... rumah Anda?
Jika menggunakan tanda tanya, tekanan agak tinggi jatuh pada kata tanya yang digunakannya, sedangkan kata-kata lainnya datar.
Contoh:
1) Kapan kamu akan bermain ke rumah saya?
2) Harus pergikah saya pada malam ini?
c. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Ciri umum kalimat perintah adalah intonasi keras mendatar, bernada tinggi, dan umumnya menggunakan partikel lah. Kalimat perintah biasanya bernada tinggi dan menggunakan tanda seru (!)
Contoh: 1) Silakan kalian belajar dengan baik.
2) Jawablah soal-soal di bawah ini.
3) Awas ada pencopet!
No comments:
Post a Comment